PROFIL, SEJARAH DAN KEBUDAYAN DESA SEWULAN

PROFIL, SEJARAH DAN KEBUDAYAN
DESA SEWULAN

DAFTAR ISI
BAB I DESA SEWULAN
A. TENTANG Desa Sewulan
1. WILAYAH & KARAKTERISTIK ALAM
B. LATAR BELAKANG BUDAYA
1. CORAK UTAMA
2. KERAGAMAN BUDAYA
C. S E J A R A H
1. SEJARAH DESA SEWULAN
2. SEJARAH WILAYAH DAN ADMINISTRATIF
3. SEJARAH PERKEMBANGAN PASCA KYAI AGENG BASYARIYAH I
BAB II OBYEK KEBUDAYAAN
A. BAHASA
B. TRADISI KEBUDAYAN
1. JAMASAN PUSAKA
2. KIRAB BUDAYA
C. POTENSI CAGAR BUDAYA
1. MASJID AGENG AL – BASYARIYAH
2. MAKAM RM.BAGUS HARUN DAN SENTONO DALEM
D. POTENSI SENI DAN BUDAYA
1. PANDHE BESI
2. BATIK SONGSONG
3. JAMU TRADISONAL
4. GERABAH
5. PENCAK SILAT
6. MUSIK TRADISONAL
a. SHOLAWAT GEMBRUNGAN
E. ADAT ISTIADAT

BAB I
PROFIL DESA SEWULAN

A. TENTANG DESA SEWULAN

1. Wilayah & Karakteristik Alam

Desa Sewulan adalah salah satu desa di Kecamatan Dagangan Kabupaten Madiun, Jawa Timur, Indonesia yang Nmempunyai wilayah seluas 196 ha dengan batas –batas secara administrasif adalah:
a. Sebelah Utara : Desa Sukosari, Banjarasari Wetan dan Kulon
b. Sebelah Timur : Banjarasri Wetan dan Jetis
c. Sebelah Selatan : Desa Uteran (Kec. Geger) dan Desa Dagangan
d. Sebelah Barat : Desa Sukosari, Desa Pagotan dan Desa Sangen

Secara Administratif desa Sewulan ini terbagi menjadi 2 dusun yaitu Dusun Sewulan Wetan dan Dusun Sewulan Kulon yang terdiri dari 5 Dukuh, 6 Rukun Warga dan 31 Rukun tetangga ( 16 RT di Sewulan Wetan dan 15 RT di Sewulan Kulon).
Di Desa Sewulan terdapat 2 sungai, antara lain Kali Catur dan Kali Brangkal yang bermuara satu di Bengawan Madiun.

B. LATAR BELAKANG BUDAYA

1. CORAK UTAMA

Desa Sewulan adalah merupakan salah satu desa di Kabupaten Madiun bagian Selatan. pernah menjadi Salah satu Desa Perdikan dan awal mula pengajaran agama islam di Madiun bagian selatan dan termasuk bagian dari Kerajaan Mataram Islam. Sehingga dengan akulturasi Mataraman sangat kental terhadap kehidupan dalam sosial masyarakat, seni, maupun budaya.

2. KERAGAMAN BUDAYA

Sebagai desa eks Perdikan, Desa Sewulan termasuk desa yang terpengaruh budaya Mataraman.
Dimulai Religiusitas masyarakat, situs sejarah Masjid Kuno dan Makam R.M Bagus Harun Basyariyah masih dijaga dan dirawat dengan baik. Tidak jarang muncul akulturasi kebudayaan berbasis keyakinan. tak heran dalam hal meritus hari tertentu yang dianggap keramat, peristiwa penting dalam kehidupan manusia (kelahiran, pernikahan, kematian) atau tempat tertentu muncul akulturasi yang di wujudkan dalam rangkaian ritual yang mewakili tradisi Islam Jawa. Jamasan Pusaka yang diadakan setiap Bulan Muharram / Sura. Tampaknya kehidupan religiusitas masyarakat Madiun berjalan beriring antara Islamisme dan Jawaisme.
Bahasa yang dipergunakan oleh masyarakat Sewulan adalah Bahasa Jawa dan Indonesia.
C. S E J A R A H

1. SEJARAH DESA SEWULAN.

Raden Mas Bagus Harun , merupakan seorang putra dari Kanjeng Pangeran Nalajaya yang mempunyai garis keturunan dari Panembahan Senopati Danang Sutawaijaya ( Raja Mataram I ). Beliau seorang santri kinasih dari guru besar Kyai Ageng Mohammad Besari dari Pondok Pesantren Gerbang Tinatar Tegalsari Ponorogo. Kepandaian, Kegigihan, Kepemimpinan Ketulusan , Keikhlasan, kerendah hatian dan keberanian dalam kebenaran merupakan hal yang mendasari karakter pribadi beliau.
Pada masa Sri Susuhunan Paku Buwono II memerintah Mataram periode 1727-1749 M menggantikan ayahanda Amangkurat IV terjadi pemberotakan besar oleh Warga Tionghowa yang berpusat di Semarang yang dibantu oleh Susuhunan Pakubuwono II terhadap pemberontak VOC yang dibantu oleh Sunan Kuning / R. Mas Garendri (Saudara Susuhunan Pakubuwono II) ke Keraton Kartasura sebagai Pusat pemerintahan Mataram yang mengakibatkan Mataram jatuh dan Sri Susuhunan Pakubuwono II meloloskan diri setelah Keraton Kartasura dibakar dan diduduki oleh Pasukan Sunan Kuning/ R.Mas Garendri.
Setelah Kartosuro jatuh ke tangan R. Mas Garendi, Sunan Pakubuwono II meloloskan diri ke Timur yang di ikuti oleh beberapa pengikutnya sampai di Gunung Lawu. Maka perjalanan dilanjutkan sampai di Ponorogo waktu malam hari dan di teruskan sampai di Gerbang Tinatar Tegalsari pimpinan Kyai Ageng Mohammad Besari. Ketika Sunan Pakubuwono II beserta pengiringnya tiba di kediaman Kyai Muh Besari, beliau langsung menyampaikan maksud kedatangannya serta menjelaskan mengapa Sunan dan para pengiringnya sampai di Ponorogo,
Setelah memahami keadaan ibukota Mataram yang sudah di duduki oleh pemberontak serta maksud dari permohonan Sunan, maka Kyai Ageng Muh Besari memanggil Bagus Harun untuk menghidangkan jamuan makan kepada Sunan beserta pengiringnya.
Pada pertemuan tersebut Kyai Ageng berusaha untuk membantu Sunan Mataram sebisa mungkin dalam memadamkan pemberontakan yang di lancarkan R. Mas Garendi, serta mengembalikan tahta di Mataram ke tangan Sunan dan yang terpilih adalah santri beliau yang bernama Bagus Harun, lalu Kyai Ageng menugaskan Bagus Harun untuk menghantarkan Sunan Pakubuwono II kembali ke Mataram serta memadamkan pemberontakan R. Mas Garendi dalam pemberontakan Geger Pacinan.

Setelah mendapat tugas serta restu dari sang Guru (Kyai Ageng Muh Besari), Bagus harun berangkat ke kartosuro bersama Sunan P B II ke Kartosuro .Sesampainya di Kartosuro, Sunan Agung segera menemui para kerabat keraton serta para senopati yang masih setia pada sunan P B II, sebagian di antaranya adala Pangeran Mangkubumi,
Setelah mendapat tugas serta restu dari sang Guru (Kyai Ageng Muh Besari), Bagus harun berangkat ke kartosuro bersama Sunan P B II ke Kartosuro.Kesederhanaan dalam berpakaian dan berperilaku membuat keraguan dari para Senopati dan kerabat Mataram atas kemampuan R.M Bagus Harun. Akan tetapi setelah beberapa kali dalam pengujian ilmu maupun kanuragan akhirnya para senopati percaya akan kemampuan beliau.
Dan saat itu beliau baru menunjukkan pada para Senopati dan kerabat Mataram sebuah pusaka pemberian Sunan yang bernama keris Tundung Madiun, pusaka Ageman Sunan sebagai tanda bahwa Bagus Harun diangkat Sunan untuk memimpin peperangan untuk menghancurkan kekuatan R. Mas Garendi. Sampai akhirnya atas kepemimpinan RM Bagus Harun, Pasukan Sunan PB II berhasil mengalahkan Pasukan R.M Garendri dan berhasil merebut kembali tahta Keraton Kartasura.
Setelah berhasil merebut Keraton Mataram , RM Bagus Harun mohon ijin kepada Sunan Pakubuwono II untuk kembali ke Pondok Gerbang Tinatar Tegalsari karena tugas yang sudah terselesaikan. Keberhasilan tersebut membuat Sunan Pakubuwono II merasa berhutang jasa kepada R.M Bagus Harun, kemudian Sang Sunan memberikan hadiah berupa payung Pusaka Songsong dan Lampit sebagai penghargaan atas dharmabhakti kepada Mataram dan mengijinkan beliau untuk kembali ke Ponorogo. Setibanya Di Ponorogo, RM Bagus Harun langsung menemui Sang Guru dan Melaporkan kegiatan beliau selama di Kartasura serta menyerahkan hadiah Payung Songsong dan Lampit dari Susuhunan Pakubuwuwono II kepada Sang Guru. Namun Sang Guru menolak dan menjelaskan bahwa yang berhak atas hadiah tersebut adalah RM Bagus Harun itu sendiri karena jasa dan pengabdiannya ke Susuhunan Pakubuwono II. Setelah mendengar kalimat yang diucapkan Sang Guru, RM. Bagus Harun termenung dan terus memikirkan keraguan antara belaiau sendiri atau Sang Guru yang berhak menerima hadiah tersebut.
Keesokan harinya RM.Bagus Harun berangkat ke Kartasura untuk mohon penjelasan pada Sunan Pakubuwono II, setelah sesampainya di alun alun keraton Kartasura beliau membuka payung Songsong tersebut untuk memayungi diri karena teriknya sinar matahari dan udara yang cukup panas , akan tetapi Pasukan Mataram menghujani anak panah dari berbagai penjuru kepada Bagus Harun karena dianggap pasukan cina, namun tidak satupun anak panah yang berhasil mengenai tubuh RM.Bagus Harun.
Mengetahui ada keributan di Alun-Alun yang tadinya di kira prajurit Cina yang berhasil masuk dalam lingkungan keraton ternyata adalah RM.Bagus Harun, maka Sunan langsung menerima kedatangan dan merangkulnya sambil meminta penjelasan pada Bagus Harun tentang maksud kedatangannya.
Kemudian beliau menjelaskan maksud kedatangnya ke Keraton Kartasura, lalu Sang Sinuwun menjelaskan bahwa payung Pusaka Songsong dan lampit tersebut adalah anugerah untuk dirinya. RM Bagus Harunpun kemudian berpamitan untuk kembali ke Ponorogo. Dalam perjalanan melewati Grojokan Bang Pluwang, beliau berhenti sejenak dan memikirkan alangkah baiknya jika payung Songsong dan Lampit yang beliau bawa dititipkan ditempat ini supaya anak turunya tidak membanggakan leluhurnya kepada negeri seta beliau berdoa di Grojokan Pluwang supaya anak cucunya jika mempunyai keinginan adakan segera diijabah dikala berdoa dan bermunajat ditempat ini ( Grojokan Pluwang).
Sesampainya di Gerbang Tinatar Tegalsari Ponorogo, beliau melanjutkan memperdalam ilmu ilmu yang diajarkan oleh Sang Guru. Kemudian RM Bagus Harun mempunyai keinginan untuk membuka tanah merdeka seperti tegalsari.
Pada suatu hari Bagus Harun menghadap Sang Guru dan menyampaikan keinginan didalam hatinya untuk membuka tanah dalam pengembangan ilmu kepada anak cucunya. Sang Gurupun memberi petunjuk bahwasanya RM Bagus Harun harus menemukan Payung Songsong yang ditipkan di Grojokan Pluwang tanpa berhenti sebelum diketemukan Payung Songsong tersebut jika ingin membuka tanah babad sendiri.
RM Bagus Harun pun merasa kebingungan dan ragu terhadap pencarian Payung didalam hutan , lalu Sang Guru yang mengetahui isi hatinya kemudian menyuruh untuk seger mencari dan menghilangkan keraguan dalam hati serta meberikan doa dan restu untuk masa pencariannya.
Setelah mendapat perintah, doa dan restu Sang Guru beliau segera berangkat untuk mencari Payung Songsong tersebut. Setelah memasuki hutan, Hari demi hari berganti bulan dan tahun dalam perjalanannya beliau tidak lupa dengan berdoa disetiap langkahnya. Hingga hari keseribu pencaharian, malam harinya ketika beliau beribadahah suatu keanehan pun terjadi. RM Bagus Harun mencium bau wangi dan harum serta melihat sinar dari satu tongkat tegak, segeralah beliau mendekati dan meneliti serta memastikan bahwa benda bersinar tersebut adalah Payung Songsong yang beliau cari walaupun hanya tinggal kerangka payung dengan ditandai adanaya huruh “H” ditongkat payung tesebut yang beliau tulis saat menaruhnya di Grojokan Pluwang.
Setelah menemukan payung songsong tersebut, RM Bagus Harun segera menemui Sang Guru di Gerbang tinatar untuk meminta ijin dan restu agar membuka wilayah tepat dimana ditemukannya payung songsong miliknya, RM Bagus Harun juga memohon doa dan restu kepada Susuhunan Pakubuwono II untuk membuka wilayah dan menyebarkan ajaran Islam. Akhirnya permohonan dan restu RM Bagus Harun disetujui oleh Sang Guru dan Sunan Pakubuwono II untuk membuka tanah Perdikan sehingga sampai saat ini daerah ditemukannya payung songsong telah menjadi desa yaitu Desa Sewulan.
2. SEJARAH SINGKAT WILAYAH ADMINISTRATIF
Adapun pemimpin Desa Perdikan Sewulan hingga tahun 1962 adalah:
1. R. Mas Bagus Harun ( Kyai Ageng Sewulan I )
2. R. Mas Maklum Ulama ( Kyai Ageng Sewulan II )
3. R. Mas Mustaram I ( Kyai Ageng Sewulan III )
4. R. Mas Mustaram II ( Kyai Ageng Sewulan IV )
5. R. Mas Irawan ( Kyai Ageng Sewulan V )
6. R. Mas Wiryo Ulomo ( Kyai Ageng Sewulan VI )
7. R. Mas Ichwan ‘Ali ( Kyai Ageng Sewulan VII )

Setelah adanya Undang Undang tentang Peralihan Tanah Perdikan menjadi Desa, maka kepemimpinan beralih dari Kyai Perdikan Sewulan menjadi Kepala Desa Sewulan. Adapun daftar Kepala Desa Sewulan yang menjabat setelah Tahun 1962 adalah sebagai berikut :
1. R.M. ICHWAN ALI ( 1960 )
2. HARDJOMUN ( 1960 – 1968 )
3. BADJURI ( 1968 – 1972 )
4. MAOLANA ( 1972 – 1986 )
5. MOCH. SYAMSURI ( 1986 – 1999 )
6. CHOIRUL UMUR ( 1999 – 2009 )
7. H. AGUS SALIM ( 2009 – 2016 )
8. H. SUKARNO ( 2016 – 2021 )
9. HERU SUSANTO, S.E ( 2022 – Sekarang )

3. SEJARAH PERKEMBANGAN PASCA KYAI AGENG BASYARIAH I
Ketika R.Mas Bagus Harun membuka daerah perdikan yang akan dijadikan pemukiman dan pusat belajara agama Islam, banyak sekali masyarakat disekitar Madiun dan tanah Perdikan yang memohon ijin untuk bertempat tinggal didaerah Tanah Perdikan Sewulan. Sistem kepemimpinan Wilayah Tanah Perdikan RM Bagus Harun yaitu Sistem Magersari, yaitu sistem hak guna tanah yang boleh dibangun pemukiman dan garapan dengan catatan ada pengembalikan tanah setiap tahunnya untuk dipergunakan kembali atau Metode Uder Gelung.
Semakin berkembangnya Pesantren Perdikan Sewulan menjadikan Sewulan sebagai Pusat Penyebaran Islam di Madiun. Banyak pendatang terutama dari wilayah Mataraman yang belajar dan nyantri ke Tanah Perdikan Sewulan sehingga mengakibatkan pengaruh dan kebiasaan Mataraman yang melekat sebagai karakter dan potensi Desa Sewulan hingga saat ini, seperti : potensi Keris, budaya Jamasan pusaka, Budaya Seni Batik, Bahasa, dll.

BAB IV
DATA OBYEK PEMAJUAN KEBUDAYAAN

A. TRADISI KEBUDAYAAN
1. JAMASAN PUSAKA
Jamasan Pusaka ialah prosesi memandikan pusaka-pusaka, yang biasa dilaksanakan setiap bulan Sura (Muharram). Jamasan Pusaka merupakan suatu upacara yang dinilai sakral. Karena dalam persiapannya tidak hanya mempersiapkan fisik saja tetapi juga rohani. Jamasan Pusaka diambil dari bahasa Krama Inggil atau dalam segi kedudukan bahasa Jawa Krama Inggil menempati kedudukan yang tertinggi. ‘Jamas’ yang berarti cuci, membersihkan atau mandi. Sedangkan kata ‘Pusaka’ berarti benda-benda yang dikeramatkan sebagai peninggalan nenek moyang.
Sebagai cara merawat serta menghargai peninggalan yang diturunkan oleh nenek moyang kepada para penerusnya, masyarakat Jawa umumnya melakukan tradisi Jamasan Pusaka.
Di Desa Sewulan Selain terdapat wisata religi peninggalan berupa Masjid dan Makam Kuno RM Bagus Harun Basyariyah, ada peninggalan lain berupa pelesatarian adat dan budaya Jamasan Pusaka Peninggalan Kyai Ageng Bagus Harun Basyariyah Sewulan berupa Payung Songsong, Tombak Ageng, dan Keris milik RM Bagus Harun Basyariyah.

. Kegiatan ini dilaksanakan untuk menghormati dan menghargai perjuangan serta meneruskan budaya yang telah turun temurun setiap tahun dilakukan. Jamasan pusaka ini dilaksanakan setiap tanggal 10 Muharram dan dilakukan keluarga sentana dalem yang didukung oleh Pemerintah Desa Sewulan
2. GREBEG SEWULAN DAN KIRAB BUDAYA
Desa Sewulan merupakan desa bersejarah. Desa ini diyakini menjadi awal mula berkembangnya Agama Islam di Madiun oleh Kyai Ageng Basyariyah. Hal ini dilandasi oleh pengertian Sejarah yang merupakan kearifan lokal yang harus dijadikan pelajaran bagi masyarakat. Selain bertujuan untuk mengangkat potensi Desa Sewulan dan sebagian potensi di wilayah Kecamatan Dagangan.
Dengan beberapa pertimbangan dan masukan, maka terlaksanakanya Grebeg Sewulan yang diadakan setiap Bulan Muharram. Kegiatan ini didukung oleh seluruh desa di Kecamatan Dagangan dengan menampilkan berbagai gaya, inovasi dan edukasi sejarah setiap desa.
Inti dari kegiatan Grebeg Sewulan menampilkan sisi edukasi Desa Sewulan berupa Pusaka Kyai Ageng Basyariyah tyang dikirab mulai dari lapangan Desa Dagangan menuju halaman masjid Al – Basyariyah Sewulan, diikuti puluhan gunungan tumpeng hasil bumi berupa sayur dan buah – buahan dari perwakilan desa – desa sekitar di wilayah Kecamatan Dagangan.
Dalam acara ini antusias masyarakat sangat besar dan memadati area Masjid Al – Basyariyah kawasan makam Kyai Ageng Basyariyah Sewulan, Kecamatan Dagangan, Kabupaten Madiun saat puncak Grebeg Sewulan tersebut. Setelah digelar doa bersama, isi gunungan tersebut menjadi bahan rebutan ribuan warga hingga habis.
B. POTENSI CAGAR BUDAYA
Masjid Agung Sewulan atau lebih dikenal dengan Masjid Ki Ageng Basyariyah yang didirikan pada tahun 1740 M/1160 H terletak di Desa Sewulan, Kecamatan Dagangan, Kabupaten Madiun adalah salah satu situs peninggalan Kyai Ageng R.M Bagus Harun Basyariyah (Raden Mas Bagus Harun) yang merupakan penyebar syiar Islam pertama di Sewulan.
Situs Sewulan sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Madiun. Apalagi, tempat ini merupakan salah satu cagar budaya peninggalan kerajaan Mataram yang tersisa hingga sekarang. Meski sudah berumur hampir tiga abad, arsitektur kuno yang terpajang masih kokoh berdiri. Ornamen kaligrafi menghiasi setiap bagian dari gapura dan Masjid.
Selain itu, di lingkungan Masjid, terdapat kolam pesucian yang berada tepat di depan serambi Masjid, sebagian warga pendatang masih percaya bahwa air dalam kolam itu bisa mempercepat balita untuk bisa berjalan. Biasanya setelah mandi di kolam itu, beberapa bulan selanjutnya bisa berjalan.
Makam Kyai Ageng Bagus Harun Basyariyah berada di kompleks makam Sewulan di belakang Masjid Agung Sewulan, tepatnya di cungkup utama. Di cungkup utama tersebut, makam Kiai Ageng Basyariyah diapit oleh putrinya (Nyai Muhammad Santri) dan menantunya (Kiai Muhammad Santri). Ketiga makam tersebut di naungi kain berwarna hijau.
Selain makam Kiai Ageng Bagus Harun Basyariyah, banyak makam para patih lain yang masih kerturunan beliau dan kerabat keturunan yang lain yang boasa disebut Makam Sentono.
Terdapat juga songsong tiga tingkat berwarna hijau ( Songsong Tunggul Nogo). Songsong ini dihias dengan sepasang naga di bawahnya dan difungsikan sebagai rak sederhana untuk tempat Al Quran dan surat yasin yang sekarang diletakkan di Ddalam makam Eyang Patih.

C. SENI
1. PANDHE BESI
Didaerah Kecamatan Dagangan terdapat Desa Perdikan “ Sewulan”. Desa ini dan sekitarnya seperti Banjarsari dan Prambon termasuk jalur Sewulan pula. Pada masa kekuasaan Kartasura, Desa tersebut dihuni oleh Empu yang diberi kuasa membuat senjata tajam untuk keperluan kerajaan. Karena itu pada waktu terjadi perlawanan Diponegoro terhadap penjajahan Belanda, di desa tersebut muncul sebagai pahlawan seorang bernama Pangeran Sosrodilogo yang menjabat sebagai Panglima Perang Pasukan Diponegoro di Madiun. Ia seorang keturunan Empu di Sewulan.
Empu Nuryo dan Eyang Nitikromo, merupakan dua sosok yang merupakan santri Eyang RM Bagus Harun Basyariyah sekaligus tokoh pendiri empu di Sewulan. Beliau ( Empu Nurya dan Eyang Nitikromo) adalah keturunan langsung dari Empu Suro yang tak lain adalah tokoh Empu Era Demak dan keturunan dari Empu Supo Anom yang merupakan Empu di era Kerajaan Majapahit. Itulah sebabnya di Desa Sewulan Pada saat itu merupakan satu satunya tempat pembuatan pusaka “Keris” dan senjata bagi keperluan keraton..
Pada Masa kekuasaan Bupati Madiun Ke-24 , Raden Harjo Tumenggung Kusnodiningrat (1900 – 1929), produksi pembuatan senjata keris dibina untuk ditingkatkan dikarenakan pusaka keris dijadikan simbol kekuasaan Kepala Desa Se-Kabupaten Madiun.
Karena adanya kebijakan tersebut membuat pengaruh oenggunaan keris semakin besar pengaruhnya bagi penduduk sebagai pusaka budaya.
Namun seiring perkembangan jaman dan kebutuhan masyarakat , para empu mengambangkan produksi yang mengarah ke alat pertanian. Maka untuk mengimbangi kemajuan teknologi pertanian, bermunculanlah disana empu empu baru bagai jamur yang tumbuh dimusim hujan. Empu baru ini bukan mengerjakan alat senjata tajam, melainkan mencipta dan membuat perkakas alat pertanian yang dituntut oleh kemajuan teknologi yang disebut “Pandhe Besi”. Pandhe besi ini membuat dan memproduksi peralatan pertanian seperti : mata bajak, cangkul, garbu , lencek berbagai ukuran meniru hasil produksi dari negeri Eropa, suatu perkakas untuk mengolah tanah pertanaman. Selain itu meproduksi pula seperti : Mata Ani, sabit kecil, sabit besar, semuanya ciptaan Sewulan.
Didesa Sewulan terdapat cerita tutur ada perdukuhan yang hilang akibat banjir besar yang terjadi di Sewulan yang diberi nama Dukuh Mbeji yang diperkirakan tempat pusat pembuatan pusaka keris dan senjata lainnya. Namun saat ini darerah tersebut berubah menjadi aliran sungai dan Tegal / Tanah Kering.
Hingga saat ini, di Des Sewulan sendiri masih ada usaha masyarakat dibidang pandhe besi sejumlah 4 kelompok yang tersebar di beberapa dukuh di Des Sewulan yang dipasarkan ke daerah daerah Madiun dan keluar daerah seperti ke Ponorogo, Ngawi, Magetan, nganjuk, Bojonegoro hingga ke Lampung.
2. BATIK SONGSONG
Batik adalah kain bergambar yang dibuat khusus dengan cara menuliskan lilin pada kain mori (kain tenun berwarna putih, bahan untuk membuat batik). Kemudian kain tersebut diolah melalui proses tertentu sehingga menjadi pakaian yang bernilai guna tinggi.
Secara terminologi dan etimologinya, batik berasal dari bahasa Jawa yaitu dari kata “mbat” (melempar) dan “titik”, yang berarti melempar titik berkali-kali pada kain. Sederhananya batik merupakan seni dalam menghias kain dengan penutup lilin untuk membentuk corak hiasan tertentu serta membentuk sebuah bidang pewarnaan.
Di Desa Sewulan terdapat usaha turun temurun masyarakat akibat dari Magersari leluhur dengan Keraton Kartasura berupa batik tulis sewulan, dimana bercorak khas jarik klasik. Namun perkembangan jaman dan berkembangnya industrialisasi tekstil batik serta kurangnya regenerasi pengrajin batik menjadikan kevakuman batik tulis khas sewulan itu sendiri.
Sejak ditekankan perhatian pemerintah pusat akan pemberdayaan masyarakat desa, Pemerintah Desa Sewulan mencoba melakukan terobosan dengan menghidupkan kembali potensi masyarakat melalui permberdayaan , pembinaan dan pemasaran batik tulis sewulan yang secara resmi dinamai “ BATIK SONGSONG SEWULAN”.
3. JAMU TRADISIONAL
Jamu merupakan ramuan minuman sehat sekaligus obat herbal yang terbuat dari bahan-bahan alami. Berdasarkan data dari penelitian Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013, sebanyak 60 persen dari penduduk Indonesia sudah pernah mengkonsumsi jamu, dengan rentang usia 15 tahun ke atas.
Selain menyehatkan, jamu juga dipercaya dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Karena terbuat dari bahan-bahan alami, tak jarang ada orang yang tidak menyukai rasa jamu yang dianggap aneh. Namun, beberapa cara dapat dipilih agar rasa jamu menjadi enak yaitu dengan menambahkan madu atau jeruk nipis.
Di Desa Sewulan terdapat kelompok masyarakat yang memproduksi jamu tradisional. Uniknya pembuat produksi jamu tradisonal ini hanya dilakukan di satu RT dan menjadi usaha pokok masyarakat. Usaha turun temurun ini masih eksis dan masih berkembang di Desa Sewulan.
Jenis jamu yang dihasilkan berupa Jamu Beras Kencur, Jamu Kunir Aem, Jamu Pahitan, Jamu Suruh dan maish banyak lain.
4. SENI ALAT PERTANIAN / GERABAH
Desa Perdikan Sewulan yang terdiri dari beberapa dukuh tidak semuanya berperan sebagai ahli pembuatan alat-alat pertanian. Ada Dukuh yang tergolong daerah kering, yaitu Dukuh”Bulus” terletak disisi Kali Catur yang memiliki tanah hitam kemerahan serta mudah untuk dijadikan tanah liat. Oleh penduduk tanah ini diolah bukan untuk pertanian tetapi dijadikan kawasan kerajinan “Penuk Belanga / Gerabah “ seperti maron, kuali, kendi, dandang dan sebagainya. Usaha ini bukan untuk usaha sambilan, akan tetapi menjadi usaha pokok warga guna mencukupi belanja rumah tangga. Namun, akibat regenerasi yang lambat dan persaingan dari luar daerah mengakibatkan hingga saat ini hanya tersisa 2 orang yang masih menekuni pembuatan gerabah di Desa Sewulan.

5. SENI MUSIK TRADISONAL SHOLAWAT GEMBRUNGAN
Secara etimologi kata “gembrung” tidak memliki makna yang jelas dan baku. Istilah ini mengacu pada kesenian dari daerah Madiun dan sekitarnya. Bentuknya sya’iran berbahasa Jawa yang dinyanyikan oleh beberapa orang, diiringi (disenggaki) oleh penjawab sya’ir, sekaligus ada iringan seperangkat alat musik tradisional. Alat terdiri dari terbang, ketipung, dan kendang. Kesenian ini biasanya ditampilkan selama tiga jam.
Sholawat Khataman Nabi ini atau yang biasa disebut “ Sholawat Gembrongan” merupakan budaya seni musik tradisional model Islam-Jawa dari Desa Sewulan yang berisi petuah/ ajaran leluhur / pesan moral / laku hidup berbangsa, bernegara maupun beragama melalui syair dalam bahasa jawa maupun arab.
Sholawat Gembrongan sudah ada sejak dahulu. Kegiatan ini dilakukan warga Desa Sewulan sebagai ungkapan rasa syukur atas nikmat dan karunia yang telah dilimpahkan oleh Allah SWT seperti bersyukur atas kelahiran anak ( 7 Bulanan, aqiqohan, ulangtahun , dll), hajatan khitanan, pernikahan, maupun peringatan Hari Besar Agama Islam maupun Hari besar Nasional.
Alat musik gembrungan dimainkan oleh 10 orang yang bertugas memainkan gendang, jidor, bedug, serta rebana atau tamborin. Sedangkan di Desa Sewulan terdapat 4 kelompok masyarakat yang menekuni dan melanjtkan tradisi Sholawat Gembrungan. Setiap personil mempunyai anggota sebanyak 25 orang yang terdiri dari 5 personil laki-laki dan 20 perempuan
Musik tabuh yang dipukul bergantian itu menghasil ritme yang terdengar sangat harmonis dan indah. Sehingga syair-syair shalawat yang didendangkan para seniman lansia itu serasa berbeda, sangat indah dan menyejukan.
Nilai dakwah dalam gembrung memiliki dua aspek, yaitu aspek materi dan aspek pertunjukan. Dari aspek materi yang disampaikan memiliki beberapa nilai ke-Islaman seperti nilai aqidah, terutama tauhid, rukun iman, dan rukun Islam juga nilai-nilai tasawuf.
Peran pemerintah Desa Sewulan dalam kegiatan ini adalah selalu mendukung setiap penampilan dimanampun berada, termasuk setiap kegiatan Pemerintah Desa Sewulan dalam skala kegiatan menengah.
6. SENI PENCAK SILAT SETIA HATI TUHU TEKAD
Pencak silat merupakan pusaka leluhur dan bagian yang tidak terpisahkan dari kekuatan kehidupan bangsa Indonesia, yang di dalamnya memiliki aspek mental spiritual, beladiri, seni, dan olahraga dimana menuntut pada ketangkasan dan banyak gaya serta bunga pada langkahnya. Sementara silat merupakan kepandaian melindungi diri dari serangan yang tidak terkira yang berdasar pada sigap dan tangkas serta memperhatikan tiap gerak dan gerik sang lawan.
Setia Hati Tuhu Tekad Pusat adalah pencak silat asli Desa Sewulan yang didirikan oleh Raden Singgih pada Tahun 1918, dan mempunyai murid bernama Raden Soekotjo yaitu adik kandung dari Raden Singgih itu sendiri, Raden Soekotjo adalah selaku Guru Besar Setia Hati Tuhu Tekad Pusat Madiun yang memiliki Padepokan Pusat yaitu diSewulan Dagangan Madiun, dan kemudian berkembang diberbagai daerah sebagai cabang – cabang dari Setia Hati Tuhu Tekad.
Adapun sistem perguruan ini tidak terlepas dari Pendidikan dan Pengajaran, yaitu yang dimaksud mendidik disini adalah memberikan atau menanamkan tabiat yang baik agar anak didik mempunyai sifat yang baik dan berpribadi utama, adapun yang dimaksud mengajar adalah memberikan pengetahuan kepada anak agar anak dapat mengetahui peristiwa – peristiwa, hukum – hukum atau proses daripada suatu ilmu pengetahuan.Perguruan Setia Hati Tuhu Tekad telah melahirkan pendekar – pendekar yang berpribadi utama, berbudi pekerti yang luhur, suka menolong dan melindungi yang lemah. Adapun sesanti perguruan Setia Hati Tuhu Tekad adalah SURO DIRO JOYONINGRAT LEBUR DENING PANGASTUTI Lambang Perguruan Setia Hati Tuhu Tekad.
Kegiatan latihan perguruan ini bertempat di RT.007 RW.02, Padepokan SHTT (Rumah Alm. Soekotjo) malakukan latihan rutin setiap hari sabtu mulai pukul 19.00 sampai dengan selesai.
D. BAHASA
Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. Dari pengertian di atas dapat diambil informasi bahwa fungsi bahasa adalah untuk sarana komunikasi dan indentitas diri. Indentitas seseorang dapat diketahui dari bahasa yang digunakan. Penelusuran bahasa yang digunakan dalam suatu wilayah dapat dilakukan dengan studi langsung di masyarakat pengguna bahasa dan dari peninggalan tertulis maupun tak tertulis masa lalu di daerah tersebut.
Di Desa Sewulan, Bahasa yang dipergunakan oleh mayoritas masyarakat adalah Bahasa Jawa. Pengaruh magersari pendatang luar sewulan pada masa Pesantren Sewulan terutama pendatang dari Wilayah Jogjakarta Maupun Surakarta , terlihat nampak pada struktur penggunaan bahasa krama. Namun demikian, penggunaan bahasa keraton (mataraman) ini tidak selalu konsisten dipakai oleh masyarakat Sewulan, banyak dari mereka lebih memilih menggunakan bahasa ngoko namun dengan intonasi khas mataraman.
Selain Bahasa Jawa, masyarakat Desa Sewulan menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa formal komunikasi antar masyarakat dan antar lembaga desa.

E. ADAT ISTIADAT

Secara etimologi, dalam hal ini adat berasal dari bahasa Arab yang berarti “kebiasaan”, jadi secara etimologi adat dapat didefinisikan sebagai perbuatan yang dilakukan berulang-ulang lalu menjadi suatu kebiasaan yang tetap dan dihormati orang, maka kebiasaan itu menjadi adat. Adat merupakan kebiasaan-kebiasaan yang tumbuh dan terbentuk dari suatu masyarakat atau daerah yang dianggap memiliki nilai dan dijunjung serta di patuhi masyarakat pendukungnya.
Adat istiadat merupakan kebiasaan sosial yang sejak lama ada dalam masyarakat dengan maksud mengatur tata tertib. Ada pula yang mengikat norma dan kelakuan di dalammasyarakat, sehingga dalam melakukan suatu tindakan mereka akan memikirkan dampak akibat dari berbuatannya atau sekumpulan tata kelakuan yang paling tinggi kedudukannya karena bersifat kekal dan terintegrasi sangat kuat terhadap masyarakat yang memilikinya.
Adat Istiadat Lain yang masih dilestarikan di Desa Sewulan Kecamatan Dagnagan Kabupaten Madiun adlah :
1. Megengan

2. Manggulan

3. Pingitan
4. Tingkepan/ Rujaan
5. Slametan (Wilujengan)
6. Mbecek / Nyumbang
7. Piton Piton / Tedak Siten
8. Ambengan